( SEMARAK SEMANGAT DARI DEMAK ) ……. Pada era kejayaan Kerajaan Demak Bintoro, belimbing (Averhoa carambola) menjadi salah satu tanaman dan buah favorit yang ditanam di Demak, Jawa Tengah. Penanaman itu tidak dalam bentuk budidaya di kebun atau lahan luas, tetapi di pekarangan rumah, bahkan di tepian jalan desa.
Sejarah belimbing di Demak memang demikian panjang. Pada 1980-an, belimbing demak mencapai puncak kejayaan hingga lahan luas pun disulap menjadi ”hutan” belimbing dan masyarakat sebagian besar mengandalkan kehidupannya kepada buah belimbing.
Tak heran, konon Sunan Kalijaga pun sempat menciptakan tembang Jawa berdasarkan inspirasi buah belimbing. Dalam tembang Lir-ilir itu terdapat syair, ”… Cah angon-cah angon, penekno belimbing kuwi. Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro… ” (anak-anak gembala panjatlah pohon belimbing itu. Meskipun licin tetap panjatlah…)
Disebut anak gembala karena oleh Tuhan, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.
Itulah sepenggal semarak semangat yang ingin dikobarkan oleh H. Supriyanto (ayah dari Bapak Teguh). Semangat itu berkobar sejak tahun 1998 yang berpusat di Citra Raya, Cikupa, Tangerang.
Waktu 20 tahun bukanlah waktu yang singkat. Berawal dari transportasi antar perumahan dengan jumlah 10 unit. (Trayek dapat dilihat di foto) hingga saat ini yang juga bergeliat di dunia Bus Pariwisata.
Sudah tau kan gimana geliat sang Ayah dalam membangun Putra KJU. Gimana dengan Putra KJU jaman now ? Selamat menunggu hari esok ????